NESTAPA CINTA
Oleh :Zaini Yazid
Alumnus
PPMDH TPI Medan
Jln.Pelajar
No.44
Part
2 ..........
Pagi itu tampak jalan raya sangat padat
sekali, aku tidak tahu pasti apa penyebabnya, padahal di hari-hari sebelumnya
jalan raya tampak lengang dan aku bersama Joko bebas berlalu lalang dengan
leluasa. Banyak kendaraan yang terperangkap oleh macet. Sempat aku berfikir
apakah mereka juga telat bangun sepertiku.ha...ha...ha...tapi aku mulai menepis
apa yang ada difikiranku saat itu, yang seharusnya aku ingat adalah presentase
yang akan aku paparkan pagi ini. Sial ! dalam hati aku kembali bergumam bahwa
hari ini aku memulai sandiwara lagi. Karena hari-hariku penuh dengan sandiwara,
mulai aku bangun hingga aku tidur kembali. Aku terus mengamati sekeliling jalan
raya yang macet, aku melihat ada seorang
bapak tengah baya sedang mengendarai motor yang sedang mengantar anaknya
bersekolah serta istrinya ke pasar ramai, aku tidak tahu apakah ia merasa
ikhlas mengantar anak dan istrinya sama seperti yang aku lakukan, ya seperti
sandiwara. Bisa saja ia takut dengan istrinya. ”Ah dasar fikiran ngaco!”,
sergahku. Di sisi lain aku juga melihat ada seorang petugas polisi yang tampak
tergesa-gesa, dalam benakku mungkin ia ada apel pagi hari ini atau ia malah
cepat-cepat menuju lampu merah terdekat untuk menilang para pelanggar pengguna
jalan raya sekalian mencari uang masuk baginya. Sebagian polisi yang berada di
kota tempat kutinggal acapkali bersikap seperti itu. Aku berfikir bahwa apa
yang mereka lakukan adalah tugas mereka sebagai aparat keamanan atau tugas
tambahan yang mereka buat sendiri demi meraih keuntungan pribadi. Terkadang hal
ini membuatku tertawa sendiri saat melihat mereka di jalan raya. Tanpa sengaja
aku melihat seorang bapak yang hendak mengantar anaknya ke sekolah serta
mengantar sang isteri ke pasar. Saat mereka ditilang oleh petugas polisi yang
sedang mengatur lalu lintas tepat di pinggir lampu merah, memang isteri dan
anaknya tidak mengenakan helm kecuali si Bapak karena ia sebagai pengendara
motornya, mungkin setelah mengantar keduanya ia akan langsung berangkat
bekerja. Dengan wajah yang tampak tegas polisi tersebut memberi hormat.
"
Selamat pagi Pak!"
"
Pagi”. Jawab sang Bapak
"Bapak
telah melanggar peraturan, jadi terpaksa Bapak saya tilang"
"Dengan
terpaksa si Bapak pun meminggir"
Aku melihat dari kejauhan terjadi negosiasi
diantara keduanya, aku pun tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, yang
aku lihat sangat jelas sang Bapak merogoh koceknya dengan mengeluarkan uang
pecahan Rp.20.000,-, kemudian ia diizinkan berlalu bersama anak dan isterinya.
Ha..ha..ha..lagi-lagi sandiwara itu mulai dimainkan oleh polisi tadi. Tapi aku
yakin tidak semua aparat kepolisian memiliki mental seperti itu, ada juga
petugas yang ramah atau ia tidak mengambil atau meminta yang bukan menjadi
haknya. Inilah mental polisi yang pantas kita acungi jempol dan berhak
mendapatkan penghargaan dari Negara atas baktinya pada masyarakat.
TO BE CONTINUE or TBC ......................