27/05/14

NESTAPA CINTA part 2


NESTAPA CINTA
Oleh :Zaini Yazid
Alumnus PPMDH TPI Medan
Jln.Pelajar No.44

Part 2 ..........
Pagi itu tampak jalan raya sangat padat sekali, aku tidak tahu pasti apa penyebabnya, padahal di hari-hari sebelumnya jalan raya tampak lengang dan aku bersama Joko bebas berlalu lalang dengan leluasa. Banyak kendaraan yang terperangkap oleh macet. Sempat aku berfikir apakah mereka juga telat bangun sepertiku.ha...ha...ha...tapi aku mulai menepis apa yang ada difikiranku saat itu, yang seharusnya aku ingat adalah presentase yang akan aku paparkan pagi ini. Sial ! dalam hati aku kembali bergumam bahwa hari ini aku memulai sandiwara lagi. Karena hari-hariku penuh dengan sandiwara, mulai aku bangun hingga aku tidur kembali. Aku terus mengamati sekeliling jalan raya yang macet, aku melihat ada seorang  bapak tengah baya sedang mengendarai motor yang sedang mengantar anaknya bersekolah serta istrinya ke pasar ramai, aku tidak tahu apakah ia merasa ikhlas mengantar anak dan istrinya sama seperti yang aku lakukan, ya seperti sandiwara. Bisa saja ia takut dengan istrinya. ”Ah dasar fikiran ngaco!”, sergahku. Di sisi lain aku juga melihat ada seorang petugas polisi yang tampak tergesa-gesa, dalam benakku mungkin ia ada apel pagi hari ini atau ia malah cepat-cepat menuju lampu merah terdekat untuk menilang para pelanggar pengguna jalan raya sekalian mencari uang masuk baginya. Sebagian polisi yang berada di kota tempat kutinggal acapkali bersikap seperti itu. Aku berfikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah tugas mereka sebagai aparat keamanan atau tugas tambahan yang mereka buat sendiri demi meraih keuntungan pribadi. Terkadang hal ini membuatku tertawa sendiri saat melihat mereka di jalan raya. Tanpa sengaja aku melihat seorang bapak yang hendak mengantar anaknya ke sekolah serta mengantar sang isteri ke pasar. Saat mereka ditilang oleh petugas polisi yang sedang mengatur lalu lintas tepat di pinggir lampu merah, memang isteri dan anaknya tidak mengenakan helm kecuali si Bapak karena ia sebagai pengendara motornya, mungkin setelah mengantar keduanya ia akan langsung berangkat bekerja. Dengan wajah yang tampak tegas polisi tersebut memberi hormat.
" Selamat pagi Pak!"
" Pagi”. Jawab sang Bapak
"Bapak telah melanggar peraturan, jadi terpaksa Bapak saya tilang"
"Dengan terpaksa si Bapak pun meminggir"
Aku melihat dari kejauhan terjadi negosiasi diantara keduanya, aku pun tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, yang aku lihat sangat jelas sang Bapak merogoh koceknya dengan mengeluarkan uang pecahan Rp.20.000,-, kemudian ia diizinkan berlalu bersama anak dan isterinya. Ha..ha..ha..lagi-lagi sandiwara itu mulai dimainkan oleh polisi tadi. Tapi aku yakin tidak semua aparat kepolisian memiliki mental seperti itu, ada juga petugas yang ramah atau ia tidak mengambil atau meminta yang bukan menjadi haknya. Inilah mental polisi yang pantas kita acungi jempol dan berhak mendapatkan penghargaan dari Negara atas baktinya pada masyarakat.




 ........................................................
TO BE CONTINUE or TBC ......................