NESTAPA CINTA
Oleh :Zaini Yazid
Alumnus
PPMDH TPI Medan
Jln.Pelajar
No.44
Part
4...............
Biginilah hari-hariku di kampus yang penuh
dengan sandiwara, bahkan dalam percintaan pun aku juga harus bersandiwara.
Karena bukan hanya satu wanita yang aku ajak kencan, dalam satu minggu saja aku
bisa ngecengin enam bahkan tujuh cewek. Wanita laksana baju yang selalu aku
ganti dalam mengenakannya. Bila aku bosan dengan mereka dengan mudah aku
mendapatkan penggantinya. Inilah aku yang telah dicap sebagai seorang Playboy
oleh teman-temanku. Sebenarnya aku benci dibilang Playboy, tapi aku hanya
bungkam atas apa yang mereka katakan, karena sesungguhnya aku memang Playboy.
Kalau saja aku bisa memilih, dalam hidupku. sebagai seorang lelaki aku juga
mempunyai kriteria wanita yang aku idam-idamkan dalam hidupku, yaitu wanita
yang punya karakter kuat dan tidak memandangku bahwa aku anak seorang
konglomerat. Hari-hari pun terus berganti, hari-hari bersama cewek-cewek yang
telah aku pacari, bahkan sama sekali tidak seorangpun yang kucinta, yang ada
hanya untuk kesenangan semu belaka. Aku bosan dengan keadaan ini dan sandiwara
cinta yang ku lakoni selama ini dan permainan yang kubuat sendiri. ”Aku bosan
Tuhan, tunjukilah jalan-Mu padaku, jalan yang terbaik dari-Mu”, rintihku dalam
hati.
Suatu ketika tanpa sepengetahuan ku, Papaku
membelikan aku sebuah mobil mewah bermerk Porsche, yang ia hadiahkan di saat
ulang tahunku tepatnya ketika aku berumur 24 tahun, padahal selama ini ia tidak
pernah memberiku hadiah semahal itu setiap aku berulang tahun. Hanya saja
Papaku sering mengajakku bersama Mama dan kakakku berkeliling Eropa saat musim
semi di sana. Sebagai anak bungsu aku merasa bahagia karena memiliki orang tua
yang sebaik Mama dan Papaku serta kakak-kakakku yang menyayangiku. Dan itulah
yang membuat aku makin mencintai mereka. Mobil yang ia belikan untukku adalah
mobil yang sudah lama aku idam-idamkan selama ini. Hal ini pastilah sangat
membahagiakan diriku. Mobil itu langsung saja aku coba dan mengendarainya untuk
yang pertama kali, karena kali ini aku tidak mau Papaku merasa kecewa. Dengan
berat hati terpaksa aku tinggalkan si Joko, motor kesayanganku yang selama ini
selalu setia menemaniku ke mana saja di garasi rumahku. Ia terlihat seperti
barang rongsokan di tengah mesin-mesin modern yang super cepat lajunya. Tapi
aku tidak membuangnya bahkan menjualnya. Aku menyimpannya sebagai kenangan.
Namun apa yang terjadi selanjutnya, dengan mobil itu pula makin banyak
cewek-cewek yang naksir berat malah sampai mereka sendiri yang datang kepadaku
untuk diajak jalan bersama. Mereka layaknya seperti perangko yang selalu
menempel pada suratnya yaitu aku. Tak dapat aku pungkiri derajatku semakin
tinggi dalam pandangan mereka. Wajah ok, penampilan ok, anak orang kaya dan
bermobil mewah, rasanya sudah lengkap hidupku ini. Aku terus saja menghamburkan
uang bersama cewek-cewek yang tak jelas ujung dan pangkal kemauannya. Dalam
hidup ini sebenarnya aku memiliki ambisi yang sangat besar serta cita-cita yang
sangat tinggi. Sebuah ambisi dimana kebahagiaan akan kuraih dalam hidupku dan
cita-cita yang telah aku tanam dalam sanubariku ketika aku mulai duduk di
bangku perkuliahan. Saat ini aku benar-benar merasa bosan dengan kehidupanku
yang penuh warna kebohongan dan panggung sandiwara. Betapa aku sangat
menginginkan ada sesuatu yang dapat merubah kembali kehidupanku menjadi lebih
baik dan benar di masa yang akan datang. “Ya nanti pasti waktu itu akan tiba“,
bathinku berkata.
Selasa itu, aku masih mengingatnya, hari
yang benar-benar merubah hidupku. Waktu itu Porsche yang aku kendarai tiba-tiba
menabrak seorang wanita di jalan raya. Saat itu aku lagi sendirian di mobil.
Aku tidak menggunakan jasa sopir, padahal Papaku telah menyiapkan seorang sopir
yang akan menemaniku. Ia khawatir jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Aku mendengar wanita itu menjerit, aku lihat ia terjatuh hingga terhempas lalu
terbaring tepat di depan roda mobilku. Aku sempat memandang disekelilingku,
sepi. Aku pun segera melaju meninggalkan wanita itu sendirian. Saat aku lewati
tubuhnya yang terkapar sampai tak sadarkan diri, aku sempat melihat wajahnya
sekilas, ada sesuatu yang mengusik benakku, aku terlonjak kaget. Tiba-tiba saja
kakiku menginjak keras pedal rem mobilku, hingga mobilku mendadak berhenti. Aku
memutar haluan mobilku kembali, segera aku keluar dan mengangkat tubuhnya dan
meletakkan di kursi belakang mobilku dan langsung aku larikan ke rumah sakit
terdekat. Jantungku berdebar kencang, aku berharap tidak terjadi apa-apa pada
dirinya. Kala itu aku duduk di koridor rumah sakit. Aku termenung sesaat ketika
melihat ia terbaring belum sadarkan diri. ”Oh...Tuhan selamatkan dia”.., Do’aku
mengiba. ”Apa yang telah aku lakukan!!”, bentak batinku. ”Aku merasa kasihan
padanya”, jeritku dalam hati. Ku pandangi gadis berjilbab motif mozaik turki
yang ia kenakan. Jilbab itu masih menutup rambutnya. Aku melarang perawat untuk
membukanya. ”Biarkan saja suster, biarkan jilbab itu terus melekat”. Dalam
hatiku aku sadar ia pastilah seorang yang taat agamanya dan sangat menghargai
jilbab dan auratnya. Tadi Dokter sempat memberitahukan padaku bahwa ia tidak
mengalami luka yang serius, ia hanya mengalami kejutan pada jantungnya.